Salah satu kesuksesan proses belajar mengajar (teaching learning process) di Sekolah sangat ditentukan oleh ketepatan guru dalam memahami perkembangan para siswa. Memahami karakter peserta didik akan menentukan strategi dan proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu guru dapat membantunya dalam mengembangkan perilaku yang mempunyai nilai – nilai positif. Maka akan terjadilah pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.
Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di dunia Pendidikan Indonesia tidak terlepas dari gangguan psikologis pada guru sebagai pendidik atau siswa sebagai peserta didik. Adapun kasus – kasus tersebut antara lain seperti seorang siswa SMP menikam guru sebanyak 13 kali, murid menganiaya guru, siswa dipukul oleh guru hingga lapor polisi, Siswa SMK memukul guru, Ayah dan anak memukul guru, Orang tua memukul guru, guru mencubit siswa atau lebih jauhnya mahasiswa menganiaya dosen pembimbing dan masih banyak kasus – kasus lainya.
Menurut data UNICEF yang telah melakukan penelitian sejak 2015 dibeberapa wilayah Indonesia mengemukakan bahwa sekitar 84% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Kekerasan itu dapat berupa fisik dan psikis. Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan luka atau cedera pada peserta didik, seperti memukul, menganiaya, mencubit dan lainya. Sedangkan kekerasan secara psikis antara lain kekerasan emosional dilakukan dengan cara menghina, melecehkan, mencela atau melontarkan kata-kata yang menyakiti perasaan, melukai harga diri, menurunkan rasa percaya diri, membuat orang hina, jelek, kecil, lemah, tidak berguna dan tidak berdaya.
Apa yang menyebabkan hal ini dapat terjadi? Salah satu faktor yang mempengaruhi kasus diatas adalah kurangnya pemahaman guru terhadap perkembangan murid. Pemahaman perkembangan peserta didik ini menjadi dasar bagi seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran didalam maupun diluar kelas. Guru harus menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda – beda sehingga memerlukan stimulasi atau treatment yang berbeda pula. Selain itu, peserta didik datang ke sekolah untuk belajar, tetapi kenyataannya berbeda, terkadang mereka membawa masalah dari rumah masing – masing mulai dari masalah keluarga atau mungkin masalah belajar itu sendiris misalnya tidak mengerjakan PR sehingga takut dimarahi oleh gurunya.
Berdasarkan kasus – kasus tersebut diatas, apakah dapat kita simpulkan bahwa masih banyak guru yang tidak memahami konsep Psikologi Pendidikan? Rasanya tidak mungkin jika itu yang terjadi. Kita tahu bahwa seorang calon guru yang profesional sudah dibekali dengan ilmu tingkah laku peserta didik, teori perkembangan peserta didik, cara belajar bahkan sampai pada aspek – aspek sosial psikologi. Semua Padahal dengan mempelajari psikolgi pendidikan diharapakan seorang pendidik mampu untuk mangatasi problematika dalam dunia pendidikan terhadap peserta didik secara psikologis. Selain itu mampu menciptakan suasana kondusif, nyaman dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan Psikologi Pendidikan
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari ilmu psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap dunia pendidikan begitu besar dimulai dari pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi dan bimbingan konseling merupakan beberapa kegiatan yang didalamnya terdapat psikologi.
Menurut Plotnik seorang ahli psikologi, mengemukakan ada empat tujuan psikologi antara lain adalah :
- Tujuan pertama psikologi adalah mendeskripsikan beraneka macam cara perilaku organism. (the first goal of psychology is to describe the different ways that organisms behave).
- Tujuan kedua psikologi adalah menjelaskan sebab-sebab dari perilaku (the second goal of psychology is to explain the cause of behavior). Penjelasan tentang autism berubah sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang terjadi.
- Tujuan ketiga psikologi adalah memprediksikan bagaimana organisme akan berperilaku dalam suatu situasi tertentu. (the third goal of psychology is to predict how organism will behave in certain situations).
- Tujuan keempat psikologi adalah mengontrol perilaku makhluk hidup (for some psychologists, the fourth goal of psychology is to control an organism’s behavior). Konsepsi atau idea kontrol memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah bahwa para ahli psikologi dapat membantu seseorang untuk belajar mengontrol perilaku-perilaku yang tidak diinginkan.
Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran
Mengingat besarnya kontribusi Psikologi terhadap dunia pendidikan, sudah barang tentu dapat dikatakan bahwa psikologi menjadi bahan dasar dalam proses belajar mengajar (teaching learning process) antara guru dan siswa. Guru harus memiliki kemampuan pedagogik dan psikologi untuk memperlancar proses pengajaran dan pendidikan di sekolah. Psikologi Pendidikan banyak membantu para guru dalam memahami murid – muridnya dalam proses pembelajaran dan meransang mereka untuk melaksanakan pendidikan selanjutnya.
Guru menjadi tolak ukur sejauh mana psikologi dapat berkontribusi dalam pembelajaran. Guru dalam menjalankan peranannya sebagai pembimbing, fasilitator, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentu dituntut untuk memahami aspek – aspek perilaku dirinya dan orang lain yang terkait dengan tugasnya terutama memahami berbagai jenis karakter peserta didiknya. Sehingga Guru dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien serta berkontribusi yang nyata pada tujuan pendidikan dengan maksimal.
Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam pembelajaran bermanfaat untuk mengembangkan pesera didik, mengetahui potensi belajar siswa, cara belajar para siswa, dan penyesuaian siswa dengan lingkungannya. Untuk lebih jauhnya penulis akan memaparkan hal – hal tesebut antara lain sebagai berikut :
- Membantu Mengembangkan Peserta Didik
Psikologi Pendidikan berkontribusi dalam membantu Guru mengembangkan peserta didik menjadi orang yang kreatif, produktif, inovatif dan dilandasi nilai – nilai rohaniah, jasmaniah, inovatif sosial dan emosional. Anak dalam pandangan Islam memiliki potensi yang disebut fitrah. Fitrah inilah yang harus dikembangkan sebaik – baiknya dalam keluarga, sekolah madrasah dan masyarakat. Guru dapat menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai landasan utama dalam pembelajaran.
Nilai rohaniah adalah menyangkut pada nilai keagamaan, rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air, dan sesama manusia. Nilai rohaniah ini sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran agar peserta didik memiliki akhlak mulia, cinta Allah, cinta sesama dan lingkungan. Nilai jasmaniah mengarah pada kesehatan badan. Seperti pepatah mengatakan bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apabila orang sehat, maka segala tugas bisa dilakukan dengan baik. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan haruslah bermanfaat bagi sisi rohani dan jasmani manusia agar terjadi keseimbangan, dapat diartikan sehat lahir batin.
Psikologi Pendidikan berkontribusi pula dalam memupuk nilai sosial pada anak. Sikap sosial perlu dipupuk dalam proses pembelajaran sebagai implementasi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari orang lain. Seorang pendidik hendaknya menanamkan sifat sosial seperti jangan mementingkan diri sendiri, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain serta membantu orang yang membutuhkan. Ini penting dalam proses pembelajaran guna menjadikan peserta didik aktif dan mampu menjaga toleransi dalam proses belajar mengajar didalam kelas.
Nilai yang harus dipupuk dalam proses pembelajaran adalah nilai adat istiadat dimasyarakat. Psikologi berkontribusi agar anak selalu memelihara identitas dirinya sehingga suatu suku tidak punah. Jika ini dapat diimplementasikan maka adat itu selalu dipelihara kemudia tidak punah ditelan oleh masa.
Nilai yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran adalah emosional. Ini akan menentukan sikap seseorang dalam bergaul. Psikologi berkontribusi untuk mengarahkan kemana anak tersebut dalam menyalurkan emosinya. Apakah akan kearah yang positif atau negatif. Memang, penulis menyadari bahwa emosi sangat ditentukan oleh aktifitas keluarga di rumah. Orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan emosi peserta didik di sekolah. Apabila salah satu anggota keluarga sering marah, maka secara psikologis anak tersebut akan menjadi pemarah, begitupun sebaliknya.
Untuk mengembangkan peserta didik, penulis menyimpulkan hal yang pertama dilakukan akan menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai dasar dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada akhirnya kontribusi psikologi akan maksimal dalam penerapannya dan manfaatnya akan dirasakan oleh kita semua.
- Mengetahui Potensi Belajar Siswa
Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Psikologi bermanfaat dalam menggali potensi – potensi belajar pada siswa, seperti telah disinggung diatas bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan tingkat intelegensi yang berbeda – beda. Psikologi Pendidikan berkontribusi membantu guru dalam membedakan potensi belajar para siswa dimulai dari tingkat intelegensi, perkembangan intelektual, Emosi dan perkembangannya serta motivasi atau dorongan.
Pertama guru harus memahami intelegensi peserta didik berbeda – beda. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi seperti faktor fisik karena kelahiran, atau bahkan karena psikis, sosial, lingkungan, budaya dan lingkungan alam. Akan tetapi jika dilihat dari faktor di sekolah adalah guru dan lingkungan sekolah yang membentuk intelegensi siswa. Guru harus memahami bahwa siswa yang memiliki intelegensi tinggi tentu akan cepat dalam belajar, sebaliknya siswa yang intelegensi rendah akan lamban dalam proses belajar mengajar. Tugas seorang guru harus mampu meningkatkan intelegensi tersebut dengan berbagai latihan, stimulasi atau aktifitas lainya yang dapat meransang intelegensi para siswa. Ini tergantung pada guru, apakah guru itu rajin atau malas.
Kedua selain memahami intelegensi, psikologi berkontribusi dalam membantu guru dalam memahami perkembangan intelektual peserta didik. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan tersbut yakni Pertama nutrisi atau makanan empat sehat lima sempurna. Makanan yang memiliki gizi yang baik akan mempercepat pertumbuhan otak dan tubuh. Kedua stimulasi yakni pemberian pendidikan yang baik kepada anak oleh orang tua sejak bayi. Ketiga sarana prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran peserta didik.
Selain dari faktor intelektual, perbedaan selanjutnya adalah dorongan atau motivasi peserta didik yang berbeda – beda. memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
Yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah Pertama, kebutuhan biologis seperti makan, minum, kebutuhan udara segar bahkan kebutuhan seksual. Kedua kebutuhan psikologis seperti mempertahankan diri, menyerang, melawan alam, rasa aman, kebutuhan religius atau agama dan kebutuhan belajar. Ketiga kebutuhan sosial meliputi kasih sayang, berkelompok, harga diri dan kebuthan untuk di kenal. Guru hendaknya mengetahui perbedaan potensi peserta didi khusunya dalam motivasi untuk belajar. Jika tiga kebutuhan tadi telah terealisasi dengan baik, maka peserta didik akan mampu memotivasi dirinya agar mampu berprestasi.
Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyampulkan bahwa Psikologi Pendidikan berkontribusi dalam membantu guru untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada peserta didik. Sehingga pada akhirnya guru akan mampu memposisikan diri dengan benar dalam memperlakukan peserta didik.
- Mengetahui Cara Belajar Anak
Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru dengan mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran., Selain teori pembelajaran, kita juga mengenal banyak metode belajar mengajar seperti ceramah, Demontrasi, Diskusi, Pemecahan masalah, metode drama, metode karya wisata, metode tugas, metode proyek, metode responsi dan sistem modul.
Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.
- Penyesuaian Sosial
Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam proses pembelajaran adalah penyesuaian sosial baik dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Implikasi dari pengembangan aspek ini adalah kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mengembangkan kepribadian, anak harus bisa menyesuaikan diri dilingkungan sosial yaitu rumah (keluarga), sekolah dan masyarakat secarakuat.
Pendidikan didalam keluarga sangat penting, sebab pendidikan dalam keluarga adalah yang utama. Dapat dikatakan bahwa anak menjadi besar dalam segala situasi didalam keluarga. Sejak bayi hingga menjadi manusia yang dewasa anak di belajar didalam keluarga, mulai dari berjalan, berbicara, makan, mengenal ayah ibu, mengenal perilaku manusia, tertawa, sedih dan beraneka ragam lainnya. Psikologi memiliki kontribusi untuk membantu anak dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sekolah merupakan tempat mengembangkan kemampuan berfikir, agar menjadi penerus dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Psikologi Pendidikan berkontribusi membantu para peserta didik disekolah untuk mengembangkan emosi, agar tersalurkan lebih positif melalu berbagai jenis kegiatan misalnya seni, olahraga, pekerjaan tangan, teater dan potensi – potensi yang lainnya. Dengan menyalurkan kreatifitas yang mereka miliki, makan emosi akan stabil, pada akhirnya akan mampu mengatasi hal – hal negatif dilingkunggan pendidikan. Sudah banyak terjadi kasus yang diakibatkan oleh emosi para siswa yang tidak stabil misalnya perkelahian, perebutan pasangan, tawuran, minuman beralkohol sampai pelaku aborsi. Peranan guru dalam membangun emosi yang positif dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Guru hendaknya memiliki sikap responsif, antisiatif, koersif dan melakukan tindakan lainya untuk mengantisifasi hal – hal yang tidak diharapkan.
Selain itu, guru melalui pendekatan psikologinya harus memberikan bimbingan konseling kepada peserta didik. Kita mengetahui bahwa kehadiran Guru Bimbingan dan Konseling bukan hanya mengatasi masalah dan mendampingi anak dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya guru BK membantu anak dalam mengambil keputusan dalam karir, minat dan bakatnya. Disamping itu, Guru BK pun memberikan arahan kepada siswa terkait dengan adanya perbedaan setiap individu. Pada akhirnya akan terjadi konsep diri yang positif didalam kepribadian para siswa di sekolah. BK di sekolah bertindak pula sebagai pengampu layanan bimbingan, salah satunya untuk memotivasi siswa, memberikan layanan informasi, memberikan bimbingan yang bermanfaat dan melakukan bimbingan dalam belajar.
Berdasarkan kajian – kajian teori diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan memiliki kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran meliputi :
- Membantu mengembangkan peserta didik meliputi rohaniah, Jasmaniah, sosial dan emosional.
- Menggali potensi belajar yang melipuiti potensi intelegensi, intelektual dan motivasi didalam peserta didik
- Cara belajar
- Penyesuaian sosial baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyaraka
REFERENSI
Feny, Hikmah. (2011). Bimbingan Konseling. http/www.fenynana.blogspot.com/2011/pentingnya-bimbingan-konseling.html
http:///indrapascaunesa.blogspot.com/2010/02/01/memahami-karakter-murid-di-sekolah/html
http://aktomisriadi.blogspot.co.id/2011/05/psikologi.html
http://andika-almujahidy.blogspot.co.id/p/blog-page.html
http://ideguru.wordpresss.com/2010/04/05/faktor-faktor-yang-menyebabkan-kekerasan-pada-sisiwa
https://id.linkedin.com/pulse/manfaat-mempelajari-psikologi-pendidikan-bagi-guru-calon-hardianty
http://seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut -para-ahli.html diakses
Mulyadi, Seto, et.al (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grafindo . Hal 05
http://daerah.sindonews.com/topic/5528/kekerasan-di-dunia-pendidikan-? Diakses 14 Maret 2017
UU Sisdiknas (2003). Sistem Pendidikan Nasional
Willis, Sopyan S. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta. Hal. 127