PENDIDKAN ISLAM ANAK USIA 7 SAMPAI 14 TAHUN

Sebagai manusia kita tidak akan mampu mengelak bahwa pendidikan Islam adalah pondasi yang kokoh untuk keberlangsungan dan peradaban kehidupan di dunia. Perkembangan peradaban suatu kaum ditentukan oleh kualitas pendidikan daripada manusia itu sendiri. Lebih jauhnya dewasa ini pendidikan merupakan aset dalam sebuah negara dan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan pemerintahan. Dalam pandangan Islam ilmu ditempatkan pada posisi yang sangat mulia dihadapan Allah SWT sebagai alat pembebasan dari segala kebodohan dan untuk mencapai kualitas ibadah yang paling tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rosulullah mengatakan bahwa barang siapa yang menginginkan kebahagiaan didunia dan diakhirat hendaknya dengan ilmu (Pendidikan).

Perjalanan panjang peradaban Islam yang pernah berjaya di tiga benua pun tidak terlepas dari hasil pendidikan yang berkualitas pada masanya.Konsep – konsep pendidikan yang digemborkan oleh dunia barat saat ini, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep Islam. Seperti “Life long Education” atau pendidikan sepanjang hayat merupakan konsep Islam yang telah ada sejak zaman Rosulullah SAW dengan Hadistnya yang berbunyi “Menuntut ilmu mulai dari lahir sampai liang lahat”. Tidak hanya itu kita sepatutnya berbangga karena pemikiran tentang pendidikan sebenarnya banyak sekali yang berasal dari dunia Islam. Berikut ini konsep – konsep pendidikan yang telah ada sejak sejak zaman kejayaan islam selama kurang lebih 800 tahun,  seperti pendidikan sebagai alat pembebasan, prinsip kemandirian dalam pendidikan, pendidikan yang demokratis, sistem belajar kemandirian siswa, pengembangan minat dan potensi siswa, ujian – ujian kecerdasan, teknik berkomunikasi dengan siswa dan pengembangan minat baca.

Pemikiran kita yang sempit terkadang selalu melihat bahwa konsep – konsep pendidikan diatas berasal dari dunia barat. Lebih anehnya kita bangga dengan pengakuan tersebut. Padahal jika kita telusuri lebih dalam, faktanya adalah semua konsep itu sudah hadir ketika kejayaan islam tempo dulu. Jadi dapat di simpulkan bahwa pendidikan islam adalah solusi terbaik untuk para generasi muda kita semua guna menyiapkan kader yang sholeh dan cerdas. Islam menjadi penyangga utama terhadap hal – hal negatif di kalangan pendidikan.

Akibat dari ketidaktahuan kita semua, ini menimbulkan keraguan terhadap bagaimana cara mendidik anak bagi orang tua. Mereka cenderung tidak tahu pendidikan apa yang seharusnya diberikan kepada anak pada  usia tujuh sampai 14 tahu. Orang tua lebih menuntun pada pendidikan yang sifatnya materialistis dan praktis sehingga sedikit mengkesampingkan pendidikan Islam.

 

Pendidikan Usia 7 sampai 14 tahun

Usia tujuh sampai empat belas tahun merupakan masa keemasan tepat (golden age) untuk menuntut ilmu khususnya dalam menghapal (menalar). Daya ingat pada usia ini sangatlah baik untuk menerima ilmu, mengakusisi bahasa dan mengolah kemampuan dalam hal berhitung (matematika). Hal ini disebabkan karena anak pada usia tersebut belum memiliki beban berat, hatinya masih kosong dan fikirannya masih bersih dari perbuatan – perbuatan dosa yang menjadi hijab turunnya keberkahan ilmu tersebut. Menurut Abdul Salam dalam kitabnya yang berjudul Tarbiyatul Aulad mengungkapkan bahwa Usia tujuh sampai empat belas tahun sangat tepat sekali untuk mengajarkan kepada anak tentang sholat, membaca Al-Qur’an, menaati para ulama dan menaati para pemimpin pemimpin.

 

Belajar Sholat

Nabi Muhammad Saw menganjurkan kepada orang tua agar menyuruh anak –  anaknya belajar sholat sejak dini (usia 7 – 14 tahun). Bahkan bliau mengintruksikan untuk memukul anak usia sepuluh tahun apabila tidak mau sholat. Dalam sabdanya Nabi Saw berkata “perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat usia tujuh tahun dan pukullah mereka pada usia sepuluh tahun”. Orang tua wajib menyuruh anaknya untuk sholat dan berusaha agar anak tersebut senang dalam melalukannya. Orang tua pula wajib untuk menjelaskan keutamaan, manfaat dan siksaan bagi orang – orang yang tidak melaksanakan sholat kepada putra – putrinya.

Jika anak pada usia ini gemar melaksanakan sholat maka ia akan tumbuh menjadi anak yang bersih hatinya, bertakwa dan sholeh atas izin Allah SWT. Kita mengetahui bahwa sholat dapat mencegah dari perbuatan munkar dan keji. Meninggalkan sholat merupakan sebuah kerugian yang sangat luar biasa. Allah berfirman “Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan sholat dan bersabarlah dalam melaksanakannya”.

Seperti kita ketahui sholat merupakan tiang agama Islam. Jika anak kita semua melaksanakan sholat dengan baik maka secara tidak langsung kita telah menegakan tiang – tiang lebih kokoh dan kuat.

 

Belajar Al-Qur’an

Salah satu pendidikan yang sangat penting pada usia tujuh sampai empat belas tahun adalah mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada anak. Apabila anak kita ingin mendapat kebahagiaan di dunia dan diakhirat, maka harus senang mengajarinya membaca, menghapal, menelaah dan mengamalkan kitab – kitab Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Rosullulah Saw bersabda bahwa “sebaik – baiknya kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya”. Orang tua hendaknya mendorong untuk gemar membaca Al-Qur’an, lebih jauhnya menjadikan sebagai pegangan hidup (Ways of Life).

Para ulama besar yang tinggi ilmunya pun sangat menganjurkan untuk mempelajari dan menghapal Al-Qur’an. Tokoh Ulama besar seperti Imam Syafii dapat menghapal Al-Quran pada usia tujuh tahun. Imam Nawawi pada usia sepeluh tahun, Ibu Taimiyah usia sebelum baligh dan ulama – ulama yang lainya. Dengan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur;’an mereka mencapai kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah SWT. Pahala dan derajat yang tinggi akan pula diraih oleh  orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya mempelajari Al-Qu;ran. Mereka akan mendapatkan banyak keutamaan seperi Nabi Saw bersabda bahwa “Barang siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, maka orang tuanya akan memakai mahkota pada hari kiamat, bercahaya melebihi cahaya matahari di dunia”.

Dari Abu Dzar RA, Rosulullah Saw berkata ; Wahai Abu Dzar, jika engkau pergi pada pagi hari lalu mempelajari satu ayat dari kitabullah adalah baik bagimu daripada kamu sholat seratus rakaat. Dan jika engkau pergi pada pagi hari lalu mempelajari satu bab dari ilmu pengetahuan, baik diamalkan maupun tidak adallah lebih baik dari pada sholat seribu rakaat. (HR. Ibnu Majah).

Moto terbaik untuk umat Nabi Muhammad Saw adalah tiada hari tanpa membaca, mempelajari dan mengkaji serta mengamalkan Al-Qur’anul Kariim.

 

Mengajari anak agar taat kepada Allah dan Rosul-Nya

Tugas orang tua dalam perspektif Islam pada usia tujuh sampai 14 tahun adalah mengajari mereka untuk senantiasataat dan menganggungkan perintah Allah serta Rosulnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa barang siapa yang mentaati Allah dan Rosulnya, mereka itu akan bersama – sama dengan orang yang dianugrahi nikmat oleh yang sangat luar biasa yaitu para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan  orang – orang yang sholeh. Mereka semua adalah sebaik – baiknya teman.

Maksud taat kepada Allah adalah orang tua harus menanamkan pada jiwa anak bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah SWT dan tidak menyamakannya dengan yang lain. Nilai – nilai ketauhidan ini yang harus selalu di pupuk oleh orang tua sehingga keimanan dan ketakwaan akan muncul dan melekat dalam hati anak-anak kita semua. Selain itu sebagai orang tua kita juga wajib memberikan contoh yang terbaik, jangan sampai kita mengintruksikan kepada anak untuk selalu beribadah tetapi orang tuanya tidak melakukan. Jadilah orang tua teladan dan dapat menjadi inspirasi bagi anak – anak. Pada usia ini rentan sekali terhadap gaya yang diiru, apa yang kita lakukan akan menjadi cerminan pada diri anak. Ajarilah mereka pula sholawat. Allah mengintruksikan kita agar senantiasa bersholawat dan mengucapkan salam penghormatan untuk Nabi Muhammah Saw.

 

 

Mengajari anak agar senantiasa taat kepada para ulama dan pemimpin

Sebagai orang tua yang baik, Islam juga menganjurkan kepada Ayah dan Ibu untuk mencintai ulama dan para pemimpin. Karena sesungguhnya ulama adalah pewaris nabi. Nabi tidak mewariskan berupa uang (Dirham / Dinar) kepada kita semua. Akan tetapi Bliau mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu maka ia harus mendekatkan diri kepada para ulama. Patuh dan taat kepada ulama.  Orang tua hendaknya mendorong putra – putrinya untuk dekat para ulama. Mereka akan mendapatkan ilmu dan keberkahan dalam hidup ini. Terakhir, ajarilah mereka agar taat kepada para pemimpin khususnya pemimpin yang adil, selalu menjalankan syariat, menjadi panutan masyarakat dan melindungi segenap masuarakatnya semua.

KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM BIDANG PEMBELAJARAN

Salah satu kesuksesan proses belajar mengajar (teaching learning process) di Sekolah sangat ditentukan oleh ketepatan guru dalam memahami perkembangan para siswa. Memahami karakter peserta didik akan menentukan strategi dan proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu guru dapat membantunya dalam mengembangkan perilaku yang mempunyai nilai – nilai positif. Maka akan terjadilah pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.

Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di dunia Pendidikan Indonesia  tidak terlepas dari gangguan psikologis pada guru sebagai pendidik atau siswa sebagai peserta didik. Adapun kasus – kasus tersebut antara lain seperti seorang siswa SMP menikam guru sebanyak 13 kali, murid menganiaya guru, siswa dipukul oleh guru hingga lapor polisi, Siswa SMK memukul guru, Ayah dan anak memukul guru, Orang tua memukul guru, guru mencubit siswa atau lebih jauhnya mahasiswa menganiaya dosen pembimbing dan masih banyak kasus – kasus lainya.

Menurut data UNICEF yang telah melakukan penelitian sejak 2015 dibeberapa wilayah Indonesia mengemukakan bahwa sekitar 84% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Kekerasan itu dapat berupa fisik dan psikis. Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan luka atau cedera pada peserta didik,  seperti memukul, menganiaya, mencubit dan lainya. Sedangkan kekerasan secara psikis antara lain kekerasan emosional dilakukan dengan cara menghina, melecehkan, mencela atau melontarkan kata-kata yang menyakiti perasaan, melukai harga diri, menurunkan rasa percaya diri, membuat orang hina, jelek, kecil, lemah, tidak berguna dan tidak berdaya.

Apa yang menyebabkan hal ini dapat terjadi? Salah satu faktor yang mempengaruhi kasus diatas adalah kurangnya pemahaman guru terhadap perkembangan murid. Pemahaman perkembangan peserta didik ini menjadi dasar bagi seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran didalam maupun diluar kelas. Guru harus menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda – beda sehingga memerlukan stimulasi atau treatment yang berbeda pula. Selain itu, peserta didik datang ke sekolah untuk belajar, tetapi kenyataannya berbeda, terkadang mereka membawa masalah dari rumah masing – masing mulai dari masalah keluarga atau mungkin masalah belajar itu sendiris misalnya tidak mengerjakan PR sehingga takut dimarahi oleh gurunya.

Berdasarkan kasus – kasus tersebut diatas, apakah dapat kita simpulkan bahwa  masih banyak guru yang tidak memahami konsep Psikologi Pendidikan? Rasanya tidak mungkin jika itu yang terjadi. Kita tahu bahwa seorang calon guru yang profesional sudah dibekali dengan ilmu tingkah laku peserta didik, teori perkembangan peserta didik, cara belajar bahkan sampai pada aspek – aspek sosial psikologi. Semua Padahal dengan mempelajari psikolgi pendidikan diharapakan seorang pendidik  mampu untuk mangatasi problematika dalam dunia pendidikan  terhadap peserta didik secara psikologis. Selain itu mampu menciptakan suasana kondusif, nyaman dalam kegiatan belajar mengajar.

Tujuan Psikologi Pendidikan

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari ilmu psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap dunia pendidikan begitu besar dimulai dari pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi dan bimbingan konseling merupakan beberapa kegiatan yang didalamnya terdapat psikologi.

Menurut Plotnik seorang ahli psikologi, mengemukakan ada empat tujuan psikologi antara lain  adalah :

  1. Tujuan pertama psikologi adalah mendeskripsikan beraneka macam cara perilaku organism. (the first goal of psychology is to describe the different ways that organisms behave).
  2. Tujuan kedua psikologi adalah menjelaskan sebab-sebab dari perilaku (the second goal of psychology is to explain the cause of behavior). Penjelasan tentang autism berubah sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang terjadi.
  3. Tujuan ketiga psikologi adalah memprediksikan bagaimana organisme akan berperilaku dalam suatu situasi tertentu. (the third goal of psychology is to predict how organism will behave in certain situations).
  4. Tujuan keempat psikologi adalah mengontrol perilaku makhluk hidup (for some psychologists, the fourth goal of psychology is to control an organism’s behavior). Konsepsi atau idea kontrol memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah bahwa para ahli psikologi dapat membantu seseorang untuk belajar mengontrol perilaku-perilaku yang tidak diinginkan.

 

 

Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran

Mengingat besarnya kontribusi Psikologi terhadap dunia pendidikan, sudah barang tentu dapat dikatakan bahwa psikologi menjadi bahan dasar dalam proses belajar mengajar (teaching learning process) antara guru dan siswa. Guru harus memiliki kemampuan pedagogik dan psikologi untuk memperlancar proses pengajaran dan pendidikan di sekolah. Psikologi Pendidikan banyak membantu para guru dalam memahami murid – muridnya dalam proses pembelajaran dan meransang mereka untuk melaksanakan pendidikan selanjutnya.

Guru menjadi tolak ukur sejauh mana psikologi dapat berkontribusi dalam pembelajaran. Guru dalam menjalankan peranannya sebagai pembimbing, fasilitator, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentu dituntut untuk memahami aspek – aspek perilaku dirinya dan orang lain yang terkait dengan tugasnya terutama memahami berbagai jenis karakter peserta didiknya. Sehingga Guru dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien serta berkontribusi yang nyata pada tujuan pendidikan dengan maksimal.

Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam pembelajaran bermanfaat untuk mengembangkan pesera didik, mengetahui potensi belajar siswa, cara belajar para siswa, dan penyesuaian siswa dengan lingkungannya. Untuk lebih jauhnya penulis akan memaparkan hal – hal tesebut antara lain sebagai berikut :

 

  1. Membantu Mengembangkan Peserta Didik

Psikologi Pendidikan berkontribusi dalam membantu Guru mengembangkan peserta didik menjadi orang yang kreatif, produktif, inovatif dan dilandasi nilai – nilai rohaniah, jasmaniah, inovatif sosial dan emosional. Anak dalam pandangan Islam memiliki potensi yang disebut fitrah. Fitrah inilah yang harus dikembangkan sebaik – baiknya dalam keluarga, sekolah madrasah dan masyarakat. Guru dapat menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai landasan utama dalam pembelajaran.

Nilai rohaniah adalah menyangkut pada nilai keagamaan, rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air, dan sesama manusia. Nilai rohaniah ini sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran agar peserta didik memiliki akhlak mulia, cinta Allah, cinta sesama dan lingkungan. Nilai jasmaniah mengarah pada kesehatan badan. Seperti pepatah mengatakan bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apabila orang sehat, maka segala tugas bisa dilakukan dengan baik. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan haruslah bermanfaat bagi sisi rohani dan jasmani manusia agar terjadi keseimbangan, dapat diartikan sehat lahir batin.

Psikologi Pendidikan berkontribusi pula dalam memupuk nilai sosial pada anak. Sikap sosial perlu dipupuk dalam proses pembelajaran sebagai implementasi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari orang lain. Seorang pendidik hendaknya menanamkan sifat sosial seperti jangan mementingkan diri sendiri, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain serta membantu orang yang membutuhkan. Ini penting dalam proses pembelajaran guna menjadikan peserta didik aktif dan mampu menjaga toleransi dalam proses belajar mengajar didalam kelas.

Nilai yang harus dipupuk dalam proses pembelajaran adalah nilai adat istiadat dimasyarakat. Psikologi berkontribusi agar anak selalu memelihara identitas dirinya sehingga suatu suku tidak punah. Jika ini dapat diimplementasikan maka adat itu selalu dipelihara kemudia tidak punah ditelan oleh masa.

Nilai yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran adalah emosional. Ini akan menentukan sikap seseorang dalam bergaul. Psikologi berkontribusi untuk mengarahkan kemana anak tersebut dalam menyalurkan emosinya. Apakah akan kearah yang positif atau negatif. Memang, penulis menyadari bahwa emosi sangat ditentukan oleh aktifitas keluarga di rumah. Orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan emosi peserta didik di sekolah. Apabila salah satu anggota keluarga sering marah, maka secara psikologis anak tersebut akan menjadi pemarah, begitupun sebaliknya.

Untuk mengembangkan peserta didik, penulis menyimpulkan hal yang pertama dilakukan akan menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai dasar dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada akhirnya kontribusi psikologi akan maksimal dalam penerapannya dan manfaatnya akan dirasakan oleh kita semua.

 

  1. Mengetahui Potensi Belajar Siswa

Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

Psikologi bermanfaat dalam menggali potensi  – potensi belajar pada siswa, seperti telah disinggung diatas bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan tingkat intelegensi yang berbeda – beda. Psikologi Pendidikan berkontribusi membantu guru dalam membedakan potensi belajar para siswa dimulai dari tingkat intelegensi, perkembangan intelektual, Emosi dan perkembangannya serta motivasi atau dorongan.

Pertama guru harus memahami intelegensi peserta didik berbeda – beda. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi seperti faktor fisik karena kelahiran, atau bahkan karena psikis, sosial, lingkungan, budaya dan lingkungan alam. Akan tetapi jika dilihat dari faktor di sekolah adalah guru dan lingkungan sekolah yang membentuk intelegensi siswa. Guru harus memahami bahwa siswa yang memiliki intelegensi tinggi tentu akan cepat dalam belajar, sebaliknya siswa yang intelegensi rendah akan lamban dalam proses belajar mengajar. Tugas seorang guru harus mampu meningkatkan intelegensi tersebut dengan berbagai latihan, stimulasi atau aktifitas lainya yang dapat meransang intelegensi para siswa. Ini tergantung pada guru, apakah guru itu rajin atau malas.

Kedua selain memahami intelegensi, psikologi berkontribusi dalam membantu guru dalam memahami perkembangan intelektual peserta didik. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan tersbut yakni Pertama nutrisi atau makanan empat sehat lima sempurna. Makanan yang memiliki gizi yang baik akan mempercepat pertumbuhan otak dan tubuh. Kedua stimulasi yakni pemberian pendidikan yang baik kepada anak oleh orang tua sejak bayi. Ketiga sarana prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran peserta didik.

Selain dari faktor intelektual, perbedaan selanjutnya adalah dorongan atau motivasi peserta didik yang berbeda – beda. memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

Yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah Pertama, kebutuhan biologis seperti makan, minum, kebutuhan udara segar bahkan kebutuhan seksual. Kedua kebutuhan psikologis seperti mempertahankan diri, menyerang, melawan alam, rasa aman, kebutuhan religius atau agama dan kebutuhan belajar. Ketiga kebutuhan sosial meliputi kasih sayang, berkelompok, harga diri dan kebuthan untuk di kenal. Guru hendaknya mengetahui perbedaan potensi peserta didi khusunya dalam motivasi untuk belajar. Jika tiga kebutuhan tadi telah terealisasi dengan baik, maka peserta didik akan mampu memotivasi dirinya agar mampu berprestasi.

Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyampulkan bahwa Psikologi Pendidikan berkontribusi dalam membantu guru untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada peserta didik. Sehingga pada akhirnya guru akan mampu memposisikan diri dengan benar dalam memperlakukan peserta didik.

  1. Mengetahui Cara Belajar Anak

Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru dengan mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.

Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran., Selain teori pembelajaran, kita juga mengenal banyak metode belajar mengajar seperti ceramah, Demontrasi, Diskusi, Pemecahan masalah, metode drama, metode karya wisata, metode tugas, metode proyek, metode responsi dan sistem modul.

Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,  sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.

 

  1. Penyesuaian Sosial

Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam proses pembelajaran adalah penyesuaian sosial baik dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Implikasi dari pengembangan aspek ini adalah kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mengembangkan kepribadian, anak harus bisa menyesuaikan diri dilingkungan sosial yaitu rumah (keluarga), sekolah dan masyarakat secarakuat.

Pendidikan didalam keluarga sangat penting, sebab pendidikan dalam keluarga adalah yang utama. Dapat dikatakan bahwa anak menjadi besar dalam segala situasi didalam keluarga. Sejak bayi hingga menjadi manusia yang dewasa anak di belajar didalam keluarga, mulai dari berjalan, berbicara, makan, mengenal ayah ibu, mengenal perilaku manusia, tertawa, sedih dan beraneka ragam lainnya. Psikologi memiliki kontribusi untuk membantu anak dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

Lingkungan sekolah merupakan tempat mengembangkan kemampuan berfikir, agar menjadi penerus dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Psikologi Pendidikan berkontribusi membantu para peserta didik disekolah untuk mengembangkan emosi, agar tersalurkan lebih positif melalu berbagai jenis kegiatan misalnya seni, olahraga, pekerjaan tangan, teater dan potensi – potensi yang lainnya. Dengan menyalurkan kreatifitas yang mereka miliki, makan emosi akan stabil, pada akhirnya akan mampu mengatasi hal – hal negatif dilingkunggan pendidikan. Sudah banyak terjadi kasus yang diakibatkan oleh emosi para siswa yang tidak stabil misalnya perkelahian, perebutan pasangan, tawuran, minuman beralkohol sampai pelaku aborsi. Peranan guru dalam membangun emosi yang positif dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Guru hendaknya memiliki sikap responsif, antisiatif, koersif dan melakukan tindakan lainya untuk mengantisifasi hal – hal yang tidak diharapkan.

Selain itu, guru melalui pendekatan psikologinya harus memberikan bimbingan konseling kepada peserta didik. Kita mengetahui bahwa kehadiran Guru Bimbingan dan Konseling bukan hanya mengatasi masalah dan mendampingi anak dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya guru BK membantu anak dalam mengambil keputusan dalam karir, minat dan bakatnya. Disamping itu, Guru BK pun memberikan arahan kepada siswa terkait dengan adanya perbedaan setiap individu. Pada akhirnya akan terjadi konsep diri yang positif didalam kepribadian para siswa di sekolah.  BK di sekolah bertindak pula sebagai pengampu layanan bimbingan, salah satunya untuk memotivasi siswa, memberikan layanan informasi, memberikan bimbingan yang bermanfaat dan melakukan bimbingan dalam belajar.

Berdasarkan kajian – kajian teori diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan memiliki kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran meliputi :

  1. Membantu mengembangkan peserta didik meliputi rohaniah, Jasmaniah, sosial dan emosional.
  2. Menggali potensi belajar yang melipuiti potensi intelegensi, intelektual dan motivasi didalam peserta didik
  3. Cara belajar
  4. Penyesuaian sosial baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyaraka

REFERENSI

Feny, Hikmah. (2011). Bimbingan Konseling. http/www.fenynana.blogspot.com/2011/pentingnya-bimbingan-konseling.html

http:///indrapascaunesa.blogspot.com/2010/02/01/memahami-karakter-murid-di-sekolah/html

http://aktomisriadi.blogspot.co.id/2011/05/psikologi.html

http://andika-almujahidy.blogspot.co.id/p/blog-page.html

http://ideguru.wordpresss.com/2010/04/05/faktor-faktor-yang-menyebabkan-kekerasan-pada-sisiwa

https://id.linkedin.com/pulse/manfaat-mempelajari-psikologi-pendidikan-bagi-guru-calon-hardianty

http://seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut -para-ahli.html diakses

Mulyadi, Seto, et.al (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grafindo . Hal 05

http://daerah.sindonews.com/topic/5528/kekerasan-di-dunia-pendidikan-? Diakses 14 Maret 2017

UU Sisdiknas (2003). Sistem Pendidikan Nasional

Willis, Sopyan S. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta. Hal. 127